Nilai-nilai Ihsan termaktub dalam perkataan dan perbuatan. Nilai-nilai Ihsan ini tidak akan dapat tercapai kecuali dilaksanakan dengan menyadari bahwa Allah selalu mengawasi, dan tingkatan tertinggi dari Ihsan adalah mengerjakan didalam hati, lisan dan seluruh anggota tubuh seolah-olah Allah melihatnya.
Ihsan merupakan usaha untuk memperbaiki perkataan, perbuatan, niat dan kehendak untuk mencapai manfaat. Pemahaman tauhid yang benar merupakan pondasi awalnya dan hal itu dapat dicapai melalui perenungan ilmu yang sangat mendalam yang disebutkan dalam hadits Jibril, “Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah kamu melihatNYA, maka jika kamu tidak melihatNYA, Niscaya Dia melihatmu”.
Kehidupan para ulama zaman Salaf dipenuhi dengan berbagai sifat kebaikan dapat kita jadikan ibroh (pelajaran) bagaimana nilai-nilai Ihsan itu diaplikasikan. Abdulah bin Mubarraq seorang ulama besar pada masa khalifah Harun Al-Rasyid, seorang Mujtahid yang luas wawasan keilmuannya, seorang yang shaleh yang selalu membela islam dengan seluruh kemampuannya agar kemuliaan islam berkibar, dapat kita jadikan sebagai salah satu contoh dimana perbuatan Ihsan merupakan kepribadian generasi Salaf. Hal-hal yang mengharumkan namanya yang merupakan perwujudan keIhsanan budi pekertinya adalah sifat beliau yang suka menolong orang lain yang sedang kesusahan tanpa mau diketahui oleh orang yang ditolongnya. Hal ini dibuktikan saat seorang sahabatnya dipenjara karena tidak sanggup membayar hutang sebesar 10.000 dirham, akhirnya dia mencari orang yang menghutangi sahabatnya untuk melunasi hutang sahabatnya tanpa diketahui oleh sahabatnya. Saat sang sahabat keluar dari penjara dan menemui Abdullah bin Mubarraq dengan wajah yang dipenuhi kebahagiaan dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa beliau menyambut kedatangan sahabatnya dengan rasa penuh suka cita. Setelah mendengar ceritanya selama tidak bertemu dengannya dan bagaimana ia dipenjara dan akhirnya dibebaskan dengan dilunasi hutangnya oleh seorang yang misterius, Abdullah bin Mubarraq menasehati sahabatnya agar bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Perbuatan Abdullah bin Mubarraq tidak pernah diketahui oleh sahabatnya meski sekian tahun sahabatnya mencari tahu siapa orang yang dermawan yang telah melunasi hutangnya. Sampai akhirnya beberapa waktu setelah Abdullah bin Mubarraq meninggal diberitahukanlah bahwa orang yang melunasi hutangnya adalah Abdullah bin Mubarraq sendiri.
Berbuat baik merupakan akhlak islam, Jika Al-Islam kita ibaratkan sebuah pohon maka Iman merupakan akar-akarnya. Islam merupakan batangnya dan Ihsan merupakan daun-daun rindangnya. Allah SWT telah memerintahkan perbuatan baik ini dalam firmannya di surat Al-Imran ayat 134: Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Rasulullah juga memuji orang yang suka berbuat baik dengan sabda beliau di sebuah hadits yang ditakhrij Imam Muslim : Sungguh mengagumkan urusan orang beriman itu, karena semua urusannya adalah baik. Hal itu tidak akan terjadi pada seorangpun kepada orang mukmin. Jika diberikan kesenangan dia bersyukur sehingga hal ini menjadi kebaikan baginya, Jika ditimpa musibah ia akan bersabar sehingga hal ini menjadi kebaikan baginya.
Aidh Al-Qorni menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebaikan ini “mereka adalah orang-orang yang memberi maaf kepada orang yang mendzalimi mereka, bahkan berbuat baik kepada mereka, membantu (orang lain) dengan harta, kedudukan atau dengan kebaikan hati mereka. ketika ada orang yang berbuat jahat kepada mereka maka mereka membalasnya dengan kebaikan karena itulah mereka ditempatkan pada tingkatan yang paling tinggi. “Semoga Allah menjadikan kita sebagai golongan Muhsinin…” Amin….
Penulis
Guru SD LABSCHOOL Cibubur dan anggota KMPA Eka Citra Universitas Negeri Jakarta
Daftar bacaan :
Menikmati sunrise diatas puncak gunung atau sunset di horizon laut saat wisata pantai merupakan fenomena alam yang sangat indah dan sangat sayang untuk dilewatkan. Berbagai kegiatan petualangan di alam sebaiknya dibuat dokumentasi yang dapat dilakukan dalam bentuk foto, video, film, sketsa ataupun dalam bentuk laporan tertulis. Dokumentasi tersebut akan berguna untuk berbagai tujuan, seperti bermanfaat untuk melengkapi ketika membuat laporan menyeluruh dari kegiatan yang telah dilakukan, sebagai alat evaluasi dan juga sebagai bahan pelengkap sewaktu membuat laporan tertulis atau hanya sebagai sebuah karya untuk kepuasan jiwa.
Dalam mendokumentasikan kegiatan petualangan dalam bentuk fotografi terdapat dua jenis sasaran pemotretan : Pertama subjek pasif dan yang kedua subjek aktif. Subjek pasif seperti : pemandangan alam, monumen atau arsitektur maupun karya seni budaya lainnya sepertinya tidak sulit untuk mengabadikannya. Sedangkan untuk subjek aktif, pemotret dituntut untuk lebih peka dalam menangkap atau merespons momentum yang tepat. Tetapi memang kedua bagian pemotretan itu sama-sama dituntut kesabaran serta kreatifitas yang tinggi tanpa mengabaikan segi-segi teknis fotografi itu sendiri.
Pemandangan alam dengan segala komponen yang ada di dalamnya merupakan subjek pasif fotografi. karenanya bidang pemotretan ini mudah dikerjakan. Sementara subjek aktif dalam pemotretan kegiatan petualangan yang akan didokumentasikan umumnya bagian dari pemotretan yang lebih sulit dikerjakan, diantaranya dikelompokkan pada manusia dengan segala kegiatannya, flora dan fauna di habitatnya serta acara kegiatan itu sendiri.
Bagi yang hendak menekuni pemotretan kegiatan petualangan yang penuh tantangan, sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan dasar-dasar fotografi terutama pada dasar teknis fotografi serta pada bidang keselamatannya sesuai prosedur yang berlaku serta dasar-dasar teknik hidup di alam bebas untuk meminimalisir resiko dari segi bahaya subyektif maupun dari segi bahaya obyektif.
Manajemen kamera dan Pemotretan
Fotografi arti harfiahnya adalah melukis dengan cahaya, karena itu pada waktu berada di lokasi kegiatan seseorang dituntut kesabaran, kreativitasnya dalam memanfaatkan cahaya dihadapannya. Peralatan kamera berikut segala perlengkapannya harus mampu dioperasikan secara sempurna.
Memotret di Indonesia yang masuk dalam kawasan hutan hujan tropis, pelaku fotografi harus dapat memperkirakan segala pengaruh buruk terhadap perlengkapan kamera. Suhu udara yang panas dan kelembaban yang tinggi dapat berpengaruh pada lensa-lensa kamera.
Pada bidang pemotretan di alam dengan segala kegiatannya, diperlukan peralatan dan perlengkapan kamera yang memadai. Pilihan praktis bisa diberikan kepada lensa-lensa vario/zoom masing-masing mulai dari 20-35 mm maupun 200-400 mm. Tele converter atau exlensioan tube serta bellow juga bisa bermanfaat saat diperlukan. Memanfaatkan hasil teknologi yang ada di pasaran dapat membuat pekerjaan jauh lebih efesien.
Manajemen pribadi dan Alam
Mereka yang berminat menekuni fotografi alam bebas, selain dituntut menguasai segala ilmu fotografi sebaiknya juga memiliki fisik dan mental yang prima. Cermati waktu pemotretan yang cenderung lebih baik dilakukan pada pagi hari dengan berbagai kelebihannya, seperti tumbuh-tumbuhan yang tampak lebih segar atau suasana alam yang lebih ceria. Pada sore hari umumnya umumnya lebih kaya dengan warna-warni kemerahan. Hal ini bukan berarti kegiatan yang berlangsung pada siang ataupun pada malam hari menjadi kurang bermanfaat. Memotret di alam bisa menghasilkan gambar yang demikian dramatis pada tengah hari yang terik terutama bila dapat memanfaatkan pantulan cahaya matahari diatas permukaan air yang cenderung menghasilkan warna putih keperakan pada sudut pandang tertentu suasana romantis dari gambar silhouette tidak terlalu sulit untuk dihasilkan.
Khusus pada bagian fisik, pelaku diharapkan dalam kondisi prima yang bertujuan agar pelaku bisa berada di lokasi pemotretan yang berlangsung di alam bebas mutlak membutuhkan stamina tinggi. Pada perjalanan jauh dengan kondisi medan yang mendaki atau menurun dengan berbagai tingkat kesulitan biasanya akan sangat melelahkan. Menghadapi medan sulit di lintasan jalan setapak, memanjat tebing-tebing tinggi dengan batu-batu cadasnya, menelusuri goa yang dalam dengan kegelapannya, menerobos semak-semak belukar ataupun ketika menyebrangi sungai tanpa titian memerlukan perlengkapan dan pengetahuan yang memadai agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan aman.
Pelaksanaan Pemotretan
Pada waktu pelaksanaan pemotretan, perlu antisipasi fenomena alam yang ada yang dapat berpengaruh pada diri sendiri dan kamera, misalnya pada saat gunung meletus, usahakan dan perhitungkan kemungkinan buruk bagi diri sendiri maupun perlengkapan kamera yang dimiliki. Debu halus yang terdiri dari berbagai unsur partikel bahan kimia diantaranya asam silika, belerang, dll selain bisa mengganggu perlengkapan kamera juga tidak baik untuk paru-paru pemotret itu sendiri.
Jangan ragu menggunakan lampu kilat pada pemotretan di siang hari maupun di malam hari. Terutama untuk menghilangkan bayangan ( pada siang hari ), bisa juga untuk menambah penyinaran pada bagian latar depan ( malam hari ), pada pemotretan panorama/pemandangan alam pelaku senantiasa berikhtiar menghadirkan dimensi ketiga dengan cara memasukan bagian-bagian lainnya sebagai latar depan atau bisa juga dengan menangkap pantulan bayangan objek pemotret itu. Usahakanlah menciptakan kreasi baru dan jangan mengekor dari yang pernah dibuat oleh pemotret lain. Masih banyak kemungkinan lebih baik dalam menghasilkan gambar-gambar yang pernah dibuat orang lain. Berpikir dan berusaha menjadi yang pertama dan terbaik. Ciptakan yang lain dari yang biasa sehingga hasilnya tidak hanya sebagai gambar biasa-biasa saja.
Penutup
Beberapa tips terakhir mungkin akan berguna untuk dibiasakan menjelang pada waktu pemotretan petualangan di alam untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan aman.
Daftar Pustaka