DIRI INI MEMANG TELAH MATI

Hari pecah, terbelah
Pada matahari yang naik
Dari horison samudera
Ribuan manusia setuju aku tidak boleh bernapas lagi

Kertas-kertas kuning berkibar, bergesek apik
Mendendangkan lantunan bunyi yang terdengar sunyi
Mengkoyak-koyak rohku yang terasing
Mentahtakan jiwaku yang tersakiti
Mencuri jasadku yang kosong di pengasingan

Dunia sirna, tidak ada lagi
Menghilang ditelan api
Suara hampa terseret, hilang semua makna
Diri ini telah terbunuh mati

Terdengar suara kebencian dari sekitar melewati batas alam dan kaki-kaki masa
Aku menangis menggapai yang niscaya
Aku bersujud mati

Mencoba mencari penawar dari kehampaan ini
Melayang di awan yang kembali memerah
Merekahkan pengap yang dalam membuka luka

Tubuh kosong terkunci
Menatap langit yang tidak bergairah
Dalam ruang gelap yang tidak berjendela
Ibu, ciumlah anakmu ini
Dan buatlah dia tenang

Aku hanya ingin bicara
Tentang hidup panjang
Tentang kesendirian
Dan katakanlah apa yang harus aku mulai untuk melangkah

Jiwa ini mengharap cahaya
Mengharap asa yang membawa jiwa menuju Ilahi
Khayalan keduniaan telah pupus dan musnah
Dan segala sakit, penderitaan, adalah anugerah
Memurnikan jiwa yang telah terlanjur hitam
Memisahkan dari ruang waktu
Aku ingin hilang, tetapi aku memang telah mati

Siapa yang mencintai aku

Mungkin jika engkau mendengar, kemudian engkau mengetahui apa yang aku suarakan "mengapa anak-anakmu mati?"
Mungkin jika jiwamu disana saat mendengar,
Pernahkah hatimu memberi perhatian pada kemarahan dan ketakutan mereka
Jasadmu menemukan sesuatu untuk menyalahkan dan meletakan kesalahan
Tetapi musuh yang engkau cari mentertawakan semuanya
Saat anak-anakmu masuk kedalam usus besar bumi yang gelap, kemudian mencoba keluar terbang dengan setengah nyawa dan sayap yang patah menuju angkasa, lalu lelah
Maka lihatlah!
Keringat-keringat yang menetes dari dahi mereka mengukir kalimat ditanah kerontang
"Siapa yang mencintai aku"

Orang-orang dirumah kaca seharusnya tidak melempar lintingan ganja
Tetapi lihatlah, grafity ditembok jalan
Apakah memberikan mereka rumah?

Abaian telah menjadikan mimpi-mimpi mereka buruk
Begitu mengiba, mengambil nyawa
Demi kamu

Menangislah dimulut-mulut mereka
Air mata-air mata ternoda
Kedalam hati-hati yang kerontang
Di hening yang menganga menjadi resah, kemudian lembab yang tersekap gelap

Karena langit sudah tidak ada lagi kejora
Hanya ilusi
Bersemayam dalam imagi
Lalu sirna dalam malam kontemplasi

Tetapi aku berharap dan berdoa
Tragedi ini tidak abadi
Karena aku selalu ingat
Kata-kata yang terucap
"Siapa yang mencintai aku"