BERBUAT IHSAN

Berbuat baik merupakan wasiat yang mengandung kebaikan dan kemaslahatan dalam kehidupan. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah bersabda ‘Sesungguhnya Allah menuliskan kebaikan atas setiap perbuatan, maka apabila kamu menyembelih perbaikilah caramu dalam menyembelih itu. Hendaklah salah seorang kamu menajamkan mata pisaunya dan hendaklah ia memperbagus sembelihannya’. Lihatlah bagaimana islam yang merupakan Dien Rahmatan lil Alamin memerintahkan untuk berbuat baik dalam mu’amalah dan dalam ibadah. Perintah berbuat baik ini tidak hanya berlaku bagi manusia tetapi rahmat islam itu diperintahkan pula untuk diaplikasikan kepada makhluk Allah yang lainnya (tumbuhan dan hewan) bahkan dalam keadaan perang. Dalam hal ini menunjukkan betapa agungnya nilai ihsan (berbuat baik) dan esensinya, bahkan ia merupakan sepertiga dari agama, Seperti yang diriwayatkan dari Umar ibnu Khathab dalam satu hadist panjang yang kemudian ditakhrij oleh imam Muslim ”………Sesungguhnya Jibril A.S bertanya tentang Iman, Islam dan Ihsan. setelah dia pergi Nabi SAW bersabda “ini Jibril, datang kepadamu untuk mengajarkan urusan agamamu” Rasul menjadikan tiga perkara itu sebagai agama : Iman, Islam dan Ihsan.

Nilai-nilai Ihsan termaktub dalam perkataan dan perbuatan. Nilai-nilai Ihsan ini tidak akan dapat tercapai kecuali dilaksanakan dengan menyadari bahwa Allah selalu mengawasi, dan tingkatan tertinggi dari Ihsan adalah mengerjakan didalam hati, lisan dan seluruh anggota tubuh seolah-olah Allah melihatnya.

Ihsan merupakan usaha untuk memperbaiki perkataan, perbuatan, niat dan kehendak untuk mencapai manfaat. Pemahaman tauhid yang benar merupakan pondasi awalnya dan hal itu dapat dicapai melalui perenungan ilmu yang sangat mendalam yang disebutkan dalam hadits Jibril, “Ihsan adalah menyembah Allah seolah-olah kamu melihatNYA, maka jika kamu tidak melihatNYA, Niscaya Dia melihatmu”.

Kehidupan para ulama zaman Salaf dipenuhi dengan berbagai sifat kebaikan dapat kita jadikan ibroh (pelajaran) bagaimana nilai-nilai Ihsan itu diaplikasikan. Abdulah bin Mubarraq seorang ulama besar pada masa khalifah Harun Al-Rasyid, seorang Mujtahid yang luas wawasan keilmuannya, seorang yang shaleh yang selalu membela islam dengan seluruh kemampuannya agar kemuliaan islam berkibar, dapat kita jadikan sebagai salah satu contoh dimana perbuatan Ihsan merupakan kepribadian generasi Salaf. Hal-hal yang mengharumkan namanya yang merupakan perwujudan keIhsanan budi pekertinya adalah sifat beliau yang suka menolong orang lain yang sedang kesusahan tanpa mau diketahui oleh orang yang ditolongnya. Hal ini dibuktikan saat seorang sahabatnya dipenjara karena tidak sanggup membayar hutang sebesar 10.000 dirham, akhirnya dia mencari orang yang menghutangi sahabatnya untuk melunasi hutang sahabatnya tanpa diketahui oleh sahabatnya. Saat sang sahabat keluar dari penjara dan menemui Abdullah bin Mubarraq dengan wajah yang dipenuhi kebahagiaan dan seolah tidak pernah terjadi apa-apa beliau menyambut kedatangan sahabatnya dengan rasa penuh suka cita. Setelah mendengar ceritanya selama tidak bertemu dengannya dan bagaimana ia dipenjara dan akhirnya dibebaskan dengan dilunasi hutangnya oleh seorang yang misterius, Abdullah bin Mubarraq menasehati sahabatnya agar bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Perbuatan Abdullah bin Mubarraq tidak pernah diketahui oleh sahabatnya meski sekian tahun sahabatnya mencari tahu siapa orang yang dermawan yang telah melunasi hutangnya. Sampai akhirnya beberapa waktu setelah Abdullah bin Mubarraq meninggal diberitahukanlah bahwa orang yang melunasi hutangnya adalah Abdullah bin Mubarraq sendiri.

Berbuat baik merupakan akhlak islam, Jika Al-Islam kita ibaratkan sebuah pohon maka Iman merupakan akar-akarnya. Islam merupakan batangnya dan Ihsan merupakan daun-daun rindangnya. Allah SWT telah memerintahkan perbuatan baik ini dalam firmannya di surat Al-Imran ayat 134: Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. Rasulullah juga memuji orang yang suka berbuat baik dengan sabda beliau di sebuah hadits yang ditakhrij Imam Muslim : Sungguh mengagumkan urusan orang beriman itu, karena semua urusannya adalah baik. Hal itu tidak akan terjadi pada seorangpun kepada orang mukmin. Jika diberikan kesenangan dia bersyukur sehingga hal ini menjadi kebaikan baginya, Jika ditimpa musibah ia akan bersabar sehingga hal ini menjadi kebaikan baginya.

Aidh Al-Qorni menjelaskan tentang orang-orang yang berbuat kebaikan ini “mereka adalah orang-orang yang memberi maaf kepada orang yang mendzalimi mereka, bahkan berbuat baik kepada mereka, membantu (orang lain) dengan harta, kedudukan atau dengan kebaikan hati mereka. ketika ada orang yang berbuat jahat kepada mereka maka mereka membalasnya dengan kebaikan karena itulah mereka ditempatkan pada tingkatan yang paling tinggi. “Semoga Allah menjadikan kita sebagai golongan Muhsinin…” Amin….

Penulis

Guru SD LABSCHOOL Cibubur dan anggota KMPA Eka Citra Universitas Negeri Jakarta

Daftar bacaan :

  1. Abu Bakar Al-Jazari, Pesan dari masjidil Haram, Jakarta : Pustaka Azzam 2002
  2. Abdul Aziz bin Nashirul Jalil & Bahaud-Din bin Fatih Aqil, Dimana Posisi Kita Pada Kalangan Salaf, Jakarta : Pustaka Azzam 2001
  3. DR. A’idh Al-Qorni, Menjadi Manusia Paling Bahagia, Solo : Pustaka Arafah 2004
  4. Imam Muslim bin Hajjaj Al Quraisy An Nisaburry, terjemah Hadits Shahih Muslim jilid I-IV, Jakarta : Penerbit Widjaya Cetakan ketiga 1993

0 komentar:

Posting Komentar