AKU TELAH MENEMUKAN CINTA


Di hamparan luas lembah Mandalawangi aku sendiri,
Di tengah malam yang sunyi, saat hanya terdengar suara kabut dan tetesan embun.
Aku menatap alam yang tertidur, dengan kontemplasi yang mendalam aku menemukan kenyataan dari sesuatu yang begitu luas dan tidak terbatas.
Sesuatu yang tidak bisa dihapuskan oleh air mata waktu,

Inilah sesuatu yang mampu menyatukan kekuatan kesabaran dengan harapan,
Hadirnya begitu mempesona jiwaku yang haus,
Hadirnya seperti mentari yang menghangatkan raga di musim dingin, seperti bunga yang mekar pada musim semi, menghembuskan angin sepoi pada musim panas, dan seperti buah yang masak saat musim gugur”.
Dan saat aku tersadar dari kontemplasiku,
Saat itu aku mengerti bahwa Aku Telah Menemukan Cinta.


PESAN UNTUK JIWA


Mengapa kau menangis wahai jiwa?
Bukankah engkau yang paling mengerti kelemahanku?
Tetesan air matamu begitu menggores tajam dan menyebabkan luka,
Luka di dalam hati, yang tak dapat dihibur dengan kidung dari lagu-lagu romantis.

Wahai jiwaku yang lemah,
Sampai kapan kau akan menangis?
Aku tidak mempunyai apapun untuk mencoba mengerti tangisanmu,
Aku hanya mempunyai kata-kata dari sahabatku untuk memaknai arti dari tangisanmu, keinginanmu, dan pesan-pesanmu.

Ketahuilah wahai jiwaku, “Orang yang bahagia tidak selalu memiliki hal yang terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir di dalam hidupnya”.
Usahlah kau menangis wahai jiwa,

SURAT DARI SAHABATKU


Sahabat, bila dirimu saat ini sedang menunggu atau mencari seseorang untuk menjalani kehidupan menuju Ridho-NYA,
Bersabarlah dalam keindahan,
Demi الله , dia tidak datang karena kecantikan atau ketampanan, kepintaran ataupun kekayaan,
Tetapi الله yang akan menggerakan,

Sahabat, janganlah tergesa untuk mengekspresikan cinta kepada dia sebelum الله mengizinkan,
Belum tentu yang kau cintai adalah yang terbaik untukmu,
Siapakah yang lebih mengetahui melainkan الله ??
Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat, karena الله akan menjawabnya dengan indah pada waktu yang tepat.

SAAT PAGI TIBA


Saat  aku  menantikan  untuk  bertemu  kalian,
Ketika  aku  merindukan  sapaan  hangat  dari  kalian,
Saat  pelukan  manja  itu  begitu  berarti,
Kalian  adalah  bait  puisi  ketika  datang  sepi,

Teman-teman kecilku, jika  saja  kalian  mengerti  aku  adalah  seorang  yang  perduli  saat  kalian  hadir  di  dalam  kelas  ini.
Jika  saja  kalian  mengerti, “aku  bahagia  saat  kalian  dapat memaksimalkan potensi yang kalian miliki”.

Dinding  kelas  adalah  saksi  saat  kita  bersama  dalam   proses  belajar.
Bukan  hanya  kalian  yang  belajar  dariku, tetapi  akulah   yang  belajar  dari  kalian.

Kemarin  adalah  kenangan,
Hari  ini  adalah  hadiah,
Esok  adalah  harapan,
Saat  bunyi  bel  berbunyi,
Saat  doa  yang  mengakhiri  pertemuan  kita,
Saat  pagi  tiba,
Saat  aku  kembali  menemukan  fajar  hari  dan  gairah  segar  kehidupan,
Saat  itulah  aku  menanti  untuk  bertemu  kalian  kembali.

FIGHT LIKE A HERO

Sabtu pagi 23 Oktober 2010 kami berkumpul di sekolah. Hari ini kami akan melakukan lomba renang antar SD tingkat Nasional. Tidak seperti hari yang biasa, hari ini cuaca sangat cerah. Sebelum pergi kami melakukan briefing dan berdoa yang dipimpin oleh kepala sekolah.
Perjalanan yang cukup cepat (karena hari libur jadi jalan tidak macet), akhirnya kami sampai di lokasi lomba (sekolah Tiara bangsa, ACS International School). Setelah menunggu untuk registrasi ulang pendaftaran akhirnya kami masuk ke area kolam renang.  Wajah-wajah tegang jelas terlihat pada raut wajah teman-teman kecil ku.
Sekolah kami turun dalam beberapa nomor lomba : gaya bebas 25 m putra, gaya bebas 25 m putri, gaya dada 25 m putra, gaya dada 25 m putri, gaya bebas 50 m putri, dan gaya dada 50 m putri.
Tidak menunggu lama akhirnya waktu yang dinantikan pun tiba. Pritt.. Prittt.. Pritt.. lomba dimulai.


Alhamdulillah dari delapan anak yang turun dalam lomba kali ini, ada satu anak yang berhasil lolos ke final dalam nomor gaya dada 25 m putri.

‘Teman-teman kecil ku, hasil akhir bukan segalanya’
‘Namun proses yang aku inginkan’
‘kemenangan bukanlah tujuan akhir’
‘Namun semangat untuk menang, itu yang lebih utama’

‘Fight like a hero’
‘and win like a champion
 

MERAHASIAKAN SHADAQOH



Suatu ketika, pada saat Allah menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar.
Lalu Allah menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam.
Para malaikat terheran akan penciptaan gunung tersebut.
Kemudian mereka (Malaikat) bertanya : “ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?”
Allah menjawab, ada, yaitu “besi”.
Para Malaikat kembali bertanya, “ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?”.
Allah menjawab, ada, yaitu “api”.
Bertanya kembali para malaikat, “ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?”.
Allah menjawab, ada, yaitu “air”.
“Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada air?” tanya malaikat.
Allah menjawab, ada, yaitu “angin”.
Akhirnya para Malaikat bertanya lagi, “Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?”.
Allah Yang Maha Rahman menjawab, “Ada, yaitu amal anak Adam yang diberikan oleh tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya”.

Dari Hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik

JIWA YANG RAPUH


Dinginnya malam dan cahaya redup bulan mengantarkan aku untuk kembali tidur,
Seperti hari-hari yang lalu, hanya keheningan dan doa yang menemaniku,

Ini adalah mimpiku semalam,
Seorang wanita yang hatiku mencintainya datang menghampiriku,
Dengan wajah yang syahdu dan suara yang lembut ia menyapaku,

Aku telah mengenalnya sejak masa-masa kuliah,
Aku telah mengikutinya bersama perjalanan waktu,
Aku melihat sinar wajahnya di halaman buku-buku yang aku baca,
Dan aku mendengar suaranya di dalam bisikan aliran sungai dan kabut pagi,

Surat cinta yang engkau tulis untukku masih tetap kusimpan di dalam kotak berwarna merah bersama sekuntum bunga edelweiss dan batu karang,
Pandangan pertamaku kepadamu bukanlah dalam kebenaran yang pertama,
Waktu dimana hari kita bertemu,
Saat hanya kebisuan yang menemani kita,
Telah menguatkan harapan akan akhir yang bahagia,

Namun engkau telah pergi,
Engkau telah memilih taqdir hidupmu,
Pergi menyusuri lembah kebahagiaan,
Pergi berlayar menuju samudera kehidupan,

Seperti sebuah puncak gunung bagi seorang pendaki,
Akan tampak lebih agung saat terlihat dari kejauhan,
Dan dari kejauhan jarak dan waktu ini,
Aku berdoa semoga engkau bahagia,

PERSAHABATAN ITU MAHAL



Sahabat adalah kebutuhan jiwa,
Dialah ladang hati,
Yang kau tanam dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa syukur (Kahlil Gibran, Sang Nabi).

Sahabat, masih ingatkah engkau saat kita melewati badai di puncak Mahameru,
Ketika aku sakit di hutan Burangrang, dan aku sudah tidak mampu untuk melanjutkan perjalanan.
Sahabat, engkaulah yang mencambukku hingga aku mampu untuk berjalan.
Masih ingatkah engkau saat kita berdua duduk di pinggiran sungai di kedalaman hutan?
Saat kita bicara tentang masa depan,
Dan engkau berkata : ‘Jangan khawatir kawan, bahwasanya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Tuhan sedang menyusun skenario terbaik untuk memilihkan teman terbaik untuk bersamamu menghadapi ombak di samudera kehidupan’.
Teman sejati selalu ada saat kita benar-benar memerlukan,
Yang mengerti saat kita berkata ‘aku lupa’
Yang tetap setia menunggu saat kita berkata ‘tinggalkan aku sendiri’
Sahabat, engkau tidak akan dapat mengerti bahwa bahasa jiwaku lebih dalam,
Yang tidak mungkin aku rangkum dalam sebuah tulisan prahara ini,
Dan saat aku menemui titik-titik embun pagi,
Saat aku kembali menemukan fajar hari dan gairah segar kehidupan,
Saat itu aku ingin kembali menemui engkau Sahabat.

Selamat tinggal Al-Faraby


1 tahun telah usai, ketika tidak ada hari-hari yang sama saat bersama mereka. Ketika canda, tawa, tangis menjadi bagian dalam perjalanan ini.
‘Aku mengajar untuk memberi  suara kepada mereka yang tidak didengarkan
Aku mengajar untuk mencetuskan imajinasi
Aku mengajar untuk menggali pertanyaan yang menantang’
Teman-teman kecilku, jika saja kalian mengerti bahwa aku adalah seorang manusia yang peduli saat kalian hadir di kelas ini, Yang peduli saat kalian memaksimalkan potensi yang kalian miliki, Yang peduli saat kalian menunjukkan rasa hormat kepada diri sendiri dan orang lain.
Aku cukup mencintai anak-anak orang lain hingga mau melakukan sesuatu seperti yang akan aku lakukan untuk anakku sendiri (walaupun sebenarnya aku belum berkeluarga). Berjuang untuk mereka, mendidik mereka, melindungi mereka, dan bekerja untuk memberikan yang terbaik untuk mereka. Hal seperti itu membutuhkan keberanian secara fisik, keikhlasan secara psikis, dan juga emosional.
‘Orang dewasa akan mudah melupakan apa yang telah kita lakukan,
Melupakan apa yang telah kita katakan’
Tetapi teman-teman kecilku  tidak akan pernah melupakan apa yang mereka rasakan  dalam 1 tahun ini.
Hal yang terpenting yang diberikan oleh guru bukan hanya apa yang tertulis pada nilai ulangan atau rapor, melainkan apa yang telah tertulis pada hati anak didik mereka, (Judi Joerding).
Selamat tinggal Al-Faraby !
Aku akan sangat merindukan kalian teman-teman kecil ku !!
Namun, hubungan antara murid dan guru tidaklah berakhir saat mereka meninggalkan kita, karena ini adalah bentuk hubungan yang bertahan sangat lama, ( Celine Robertson).

KETERASINGAN

Keterasingan yang aku dapatkan dalam keterpencilan hutan
Bukanlah sesuatu tanpa jiwa
Tetapi ada satu keniscayaan dalam kontemplasiku
Sebuah negeri indah yang aku dambakan

Aku hanyalah orang asing
Asing bagi mereka, karena bahasa jiwaku tidak dapat mereka pahami
Setiap aku bangun dibelai kabut pagi yang menyisihkan malam
Saat itu aku merasa terbelenggu bagai tahanan di dalam gua
Para singa menjaga pintunya
Ketika aku dapat keluar, aku merasakan sakit pada mataku
Sakit karena diluar terdapat gerhana yang tak kunjung berganti matahari musim semi
Gerhana dari manusia yang menghalangi kebenaran jiwa sempurna

Aku akan pergi bersama keterasinganku mencari sunyi, berdoa, dan memanjatkan bait-bait suci keatas langit
Aku mencari sunyi
Untuk menghindari mereka yang memicingkan mata dari kerendahan hati

Biarkan aku menjalani hidup mencari gunung
Dimana keletihan adalah kekuatan dari Tuhan
Tetapi aku tidak akan mengajakmu

BICARALAH KEPADAKU

Dari fatamorgana malam, kubentuk seorang wanita
Dengan wajah berbinar, suara yang syahdu, dan sentuhan yang lembut
Telah mengambil tempat dari nafas-nafasku

Sejak saat itu,
Aku melihatmu berdiri di pinggir balai dipan ini
Dan kudengar suaramu dalam keheningan malam

Didalam diriku tercipta kembali satu kerinduan yang mengalir bersama jiwa
Dan berlari dalam lautan mimpi
Didalam jiwa ini telah dikenakan mahkota kerinduan
Yang dipahat para bidadari dari karang-karang mimpi

Akankah kini engkau telah berubah?
Ketika sekian lama kasihmu menjadi melodi-melodi manis yang mengisi kesendirian jiwaku
Menjadi sayap bagi jiwa ini

Bicaralah kepadaku
Apakah engkau tetap akan mengingatku setelah badai itu?
Mendengar dan merasakan nafas jiwaku pada wajahmu
Bicaralah

SEKOLAH HARI INI

Hitam, kelam , diam, pasrah
Ketika kebodohan untuk mereka
Saat kesempatan sekolah menjadi hak mereka
Mampukah mereka masuk ke gedung itu

Ketika butir-butir nasi kemarin, kembali mereka makan hari ini
Ketika untuk bernafas, mereka harus memperebutkan udara

Begitu megahnya gedung itu
Sehingga sepatu mereka yang kotor dan robek tidak boleh menginjak lantainya
Ketika buku yang mereka pinjam dari tetangga tidak terpakai lagi hari ini
Saat baju lusuh yang dikenakan tidak diperbolehkan bergaul dengan sutera-sutera disana

Hitam, kelam, diam, pasrah
Tuhan, masih adakah kesempatan untuk mereka agar dapat membaca?

SURGA MASIH DISANA

Sesuatu yang aneh telah datang
Mengganti pikiran
Mengganti jiwa
Memutar kembali satu bagian
Mengorbankan segala sesuatu yang telah dipegang

Mata melihat jelaga yang lebih besar dari yang besar
Telinga jengah mendengar sesuatu yang lebih
Lidah tidak lagi dipenjara dalam ruang bawah tanah yang terkunci
Dengan ribuan gembok di bumi yang kosong, mengatakan lebih kemudian lebih lagi
Jiwa marah dan berteriak histeri

'Apakah syurga masih disana?'
Tempat keselamatan dari ketakutan
Tempat desersi kerusakan diri sendiri

Bersembunyi dibalik topeng
Wajah adalah bukan wajah
Terperangkap harapan yang patah
Ilusi membangun dusta
Pikiran terhina, terbungkus hangus

Ditengah malam ini
Membuka mata dan jiwa
'Syurga masih disana'

DIRI INI MEMANG TELAH MATI

Hari pecah, terbelah
Pada matahari yang naik
Dari horison samudera
Ribuan manusia setuju aku tidak boleh bernapas lagi

Kertas-kertas kuning berkibar, bergesek apik
Mendendangkan lantunan bunyi yang terdengar sunyi
Mengkoyak-koyak rohku yang terasing
Mentahtakan jiwaku yang tersakiti
Mencuri jasadku yang kosong di pengasingan

Dunia sirna, tidak ada lagi
Menghilang ditelan api
Suara hampa terseret, hilang semua makna
Diri ini telah terbunuh mati

Terdengar suara kebencian dari sekitar melewati batas alam dan kaki-kaki masa
Aku menangis menggapai yang niscaya
Aku bersujud mati

Mencoba mencari penawar dari kehampaan ini
Melayang di awan yang kembali memerah
Merekahkan pengap yang dalam membuka luka

Tubuh kosong terkunci
Menatap langit yang tidak bergairah
Dalam ruang gelap yang tidak berjendela
Ibu, ciumlah anakmu ini
Dan buatlah dia tenang

Aku hanya ingin bicara
Tentang hidup panjang
Tentang kesendirian
Dan katakanlah apa yang harus aku mulai untuk melangkah

Jiwa ini mengharap cahaya
Mengharap asa yang membawa jiwa menuju Ilahi
Khayalan keduniaan telah pupus dan musnah
Dan segala sakit, penderitaan, adalah anugerah
Memurnikan jiwa yang telah terlanjur hitam
Memisahkan dari ruang waktu
Aku ingin hilang, tetapi aku memang telah mati

Siapa yang mencintai aku

Mungkin jika engkau mendengar, kemudian engkau mengetahui apa yang aku suarakan "mengapa anak-anakmu mati?"
Mungkin jika jiwamu disana saat mendengar,
Pernahkah hatimu memberi perhatian pada kemarahan dan ketakutan mereka
Jasadmu menemukan sesuatu untuk menyalahkan dan meletakan kesalahan
Tetapi musuh yang engkau cari mentertawakan semuanya
Saat anak-anakmu masuk kedalam usus besar bumi yang gelap, kemudian mencoba keluar terbang dengan setengah nyawa dan sayap yang patah menuju angkasa, lalu lelah
Maka lihatlah!
Keringat-keringat yang menetes dari dahi mereka mengukir kalimat ditanah kerontang
"Siapa yang mencintai aku"

Orang-orang dirumah kaca seharusnya tidak melempar lintingan ganja
Tetapi lihatlah, grafity ditembok jalan
Apakah memberikan mereka rumah?

Abaian telah menjadikan mimpi-mimpi mereka buruk
Begitu mengiba, mengambil nyawa
Demi kamu

Menangislah dimulut-mulut mereka
Air mata-air mata ternoda
Kedalam hati-hati yang kerontang
Di hening yang menganga menjadi resah, kemudian lembab yang tersekap gelap

Karena langit sudah tidak ada lagi kejora
Hanya ilusi
Bersemayam dalam imagi
Lalu sirna dalam malam kontemplasi

Tetapi aku berharap dan berdoa
Tragedi ini tidak abadi
Karena aku selalu ingat
Kata-kata yang terucap
"Siapa yang mencintai aku"

Berikan Hamba kesembuhan ya الله

"Ya  الله, sembuhkanlah aku, karena Engkau adalah Dzat yang menyembuhkan. Dan selamatkanlah aku, karena Engkau adalah Dzat yang menyelamatkan".

"Ya  الله, jika Engkau sakitkan aku untuk mencabut Ruh-ku dalam sakitku ini, maka jadikanlah Ruh-ku ini termasuk Ruh orang-orang yang memperoleh kebaikan dari-Mu, dan lindungilah aku, sebagaimana Engkau telah melindungi orang-orang yang telah memperoleh kebaikan dari-Mu".



Mengarungi Jeram liar di Cisadane

Saat yang dinantikan akhirnya tiba!! Apa itu?? Ya. . . liburan sekolah! Setelah selesai membagi rapor di sekolah, sekarang saatnya menikmati liburan. 2 minggu. . . Liburan yang cukup lama dan juga akan sedikit membosankan jika tidak ada kegiatan yang berkesan. Tawaran untuk ikut arung jeram di sungai Cisadane dari teman-teman di kampus langsung aku setujui.



Sabtu pagi tanggal 02 Januari di tahun baru 2010, teman-teman berangkat dari kampus. Oh ya. . . kampus aku kampus yang banyak menghasilkan akitivis dan praktisi pendidikan! Kampus hijau Universitas Negeri Jakarta. Jika teman-teman banyak yang berangkat dari kampus, aku menyusul langsung ke lokasi bersama seorang teman.

He..He.. setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya aku sampai juga di lokasi. Oh ya. . . sungai Cisadane tujuan kami terletak di Bogor tepatnya di desa Bantar kambing.
O o w. . . ternyata teman-teman sudah melewati satu trip pengarungan (salah aku juga sih. . . berangkatnya jam 10 pagi sedangkan teman-teman ku berangkat jam 8 pagi dari kampus).

Setelah sempat istirahat sejenak dengan meminum segelas kopi hangat (suasana yang tepat karena di lokasi kami diguyur hujan yang cukup deras). Belum sempat menghabiskan segelas kopi, aku dilemparkan sebuah pelampung.
Langsung pakai Ka Amin pelampungnya! Ucap Wahyu. (Seorang adventurer yang lebih senang bepergian ke alam dibandingkan duduk manis di bangku kuliah, sampai-sampai terlambat untuk lulus kuliah. . .hehehehe).    
Tunggu sebentar, saya belum shalat dzuhur! Ucapku.
Setelah selesai shalat, aku langsung mengganti pakaian dan memakai perlengkapan pengarungan.
O o w. . . hujan bertambah deras, debit air di Cisadane bertambah tinggi.
Ada tiga perahu yang kami bawa dari kampus ( 2 perahu merk Basemarine warna merah dan 1 perahu westpoint warna kuning hitam ). Setelah mengecek perlengkapan safety prosedur dan tentu saja berdoa terlebih dulu kami langsung mendayung karena sudah tidak sabar lagi untuk merasakan riam dan jeram-jeram liar dalam pengarungan ini.


Yang dijadikan patokan mendayung Aris. Ucap Rudy yang saat ini menjadi Skipper (pengendali perahu).
Oke. . .!!! ucap kami semangat.
Jadi Skippernya yang bagus dong Ka Rudi. . .! Ucap Novi. (hahaha. . . yang sebenarnya juga tidak terlalu pandai untuk menjadi Skipper).

Lihat sebentar lagi kita sampai di jeram Naga (sebutan yang diberikan oleh kami karena jeramnya yang begitu liar dan ganas). Yupz…!!! teriak kami kompak.
Novi, kamu tukar tempat dengan aku ya! ajak aku kepada Novi.
Iya Ka!! jawab Novi.
Akhirnya aku duduk di belakang sebelah kiri tepat disamping Skipper.

Hantaman awal jeram Naga berhasil kami lewati dengan berteriak puas. Namun hantaman berikutnya tidak berhasil kami lalui. Kepala perahu menabrak bongkahan batu yang menyebabkan perahu kami langsung miring ke kiri dan langsung terbalik ( Flip ). Sempat berada di bawah perahu yang terbalik dan meminum air sungai Cisadane, aku melawan untuk harus bisa keluar dari situasi ini. Yah. . . Alhamdulillah aku bisa keluar dari bawah perahu. Aku langsung memanggil teman-temanku untuk memastikan mereka tidak ada yang dibawah perahu. Alhamdulillah mereka semua sudah berada di luar perahu yang terbalik. Namun situasinya belum berakhir, aku kehilangan dayung dan helm yang menjadi tanggungjawabku.
Ka Amin, ini helmnya ucap Tiolas (satu-satunya wanita berjilbab yang bersama kami di perahu).
Ka Amin, ini dayung ngga tau milik siapa, tapi pegang saja dulu!! Ucap Aris (laki-laki yang sedikit gondrong, maklum anak Fakultas Teknik).
Semuanya menjauh dulu dari perahu!! teriak Rudy. ( Rudy berusaha untuk membalikkan perahu kembali ke posisi normal atau dalam istilahnya flop ).
Saat kami semua melepaskan tangan dari perahu, situasi benar-benar kritis, kami semua terbawa arus dan Rudy ternyata belum berhasil membalikkan perahu ke posisi normal kembali. Aku hanya bisa melihat ke depan dan aku melihat di depan ku ada Novi (kami berdua yang terbawa arus paling jauh).
O o w. . . Novi sudah berhasil menggapai batu besar. Aku bagaimana. . . tenang. . . الله  maha baik!
Setelah tergulung jeram dan berjuang dalam situasi ini akhirnya aku berhasil meraih bongkahan batu besar. Alhamdulillah. . . ya Rabb. Aku melihat ke belakang, he he he. . . perahu karetnya sudah normal kembali dan teman-teman ku sedang merescue Novi. Selesai merescue Novi dilanjutkan untuk merescue diriku. Sempat  mengalami kesulitan karena rescue rope selalu gagal dilempar dengan sempurna. Kurang dari 15 menit proses rescue berhasil, semua awak dan perlengkapan safety prosedur tidak ada yang terbawa arus. Namun kamera digital milik Tiolas basah terendam air di dalam dry bag.
Ka Kuceng  sih ngga benar waktu menutup dry bag ! Ucap Tiolas kepada Kuceng ( panggilan akrab Ahmad Kurniawan, seorang alumnus Teknologi Pendidikan).
Sudah nanti di service di Jakarta. Jawab Kuceng.
Oke. . . kita sudah tertinggal jauh dari 2 perahu di depan, tidak ada lagi istirahat yah!! Ucap Rudy.

Dengan mendayung lambat (maklum kami semua sudah sangat lelah) akhirnya kami tiba di lokasi finish. Diiringi canda kami berjalan gontai menuju mobil yang membawa kami ke base camp.

Liburan yang menyenangkan!!



"Hidup adalah soal keberanian"
"Menghadapi yang tanda tanya"
"Tanpa sempat berpikir"
"Tanpa bisa menawar"
"Terima dan hadapilah"
"Karena aku mencintai keberanian hidup"
                                         Soe Hok Gie