FOTOGRAFI ALAM BEBAS

Menikmati sunrise diatas puncak gunung atau sunset di horizon laut saat wisata pantai merupakan fenomena alam yang sangat indah dan sangat sayang untuk dilewatkan. Berbagai kegiatan petualangan di alam sebaiknya dibuat dokumentasi yang dapat dilakukan dalam bentuk foto, video, film, sketsa ataupun dalam bentuk laporan tertulis. Dokumentasi tersebut akan berguna untuk berbagai tujuan, seperti bermanfaat untuk melengkapi ketika membuat laporan menyeluruh dari kegiatan yang telah dilakukan, sebagai alat evaluasi dan juga sebagai bahan pelengkap sewaktu membuat laporan tertulis atau hanya sebagai sebuah karya untuk kepuasan jiwa.

Dalam mendokumentasikan kegiatan petualangan dalam bentuk fotografi terdapat dua jenis sasaran pemotretan : Pertama subjek pasif dan yang kedua subjek aktif. Subjek pasif seperti : pemandangan alam, monumen atau arsitektur maupun karya seni budaya lainnya sepertinya tidak sulit untuk mengabadikannya. Sedangkan untuk subjek aktif, pemotret dituntut untuk lebih peka dalam menangkap atau merespons momentum yang tepat. Tetapi memang kedua bagian pemotretan itu sama-sama dituntut kesabaran serta kreatifitas yang tinggi tanpa mengabaikan segi-segi teknis fotografi itu sendiri.

Pemandangan alam dengan segala komponen yang ada di dalamnya merupakan subjek pasif fotografi. karenanya bidang pemotretan ini mudah dikerjakan. Sementara subjek aktif dalam pemotretan kegiatan petualangan yang akan didokumentasikan umumnya bagian dari pemotretan yang lebih sulit dikerjakan, diantaranya dikelompokkan pada manusia dengan segala kegiatannya, flora dan fauna di habitatnya serta acara kegiatan itu sendiri.

Bagi yang hendak menekuni pemotretan kegiatan petualangan yang penuh tantangan, sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan dasar-dasar fotografi terutama pada dasar teknis fotografi serta pada bidang keselamatannya sesuai prosedur yang berlaku serta dasar-dasar teknik hidup di alam bebas untuk meminimalisir resiko dari segi bahaya subyektif maupun dari segi bahaya obyektif.

Manajemen kamera dan Pemotretan

Fotografi arti harfiahnya adalah melukis dengan cahaya, karena itu pada waktu berada di lokasi kegiatan seseorang dituntut kesabaran, kreativitasnya dalam memanfaatkan cahaya dihadapannya. Peralatan kamera berikut segala perlengkapannya harus mampu dioperasikan secara sempurna.

Memotret di Indonesia yang masuk dalam kawasan hutan hujan tropis, pelaku fotografi harus dapat memperkirakan segala pengaruh buruk terhadap perlengkapan kamera. Suhu udara yang panas dan kelembaban yang tinggi dapat berpengaruh pada lensa-lensa kamera.

Pada bidang pemotretan di alam dengan segala kegiatannya, diperlukan peralatan dan perlengkapan kamera yang memadai. Pilihan praktis bisa diberikan kepada lensa-lensa vario/zoom masing-masing mulai dari 20-35 mm maupun 200-400 mm. Tele converter atau exlensioan tube serta bellow juga bisa bermanfaat saat diperlukan. Memanfaatkan hasil teknologi yang ada di pasaran dapat membuat pekerjaan jauh lebih efesien.

Manajemen pribadi dan Alam

Mereka yang berminat menekuni fotografi alam bebas, selain dituntut menguasai segala ilmu fotografi sebaiknya juga memiliki fisik dan mental yang prima. Cermati waktu pemotretan yang cenderung lebih baik dilakukan pada pagi hari dengan berbagai kelebihannya, seperti tumbuh-tumbuhan yang tampak lebih segar atau suasana alam yang lebih ceria. Pada sore hari umumnya umumnya lebih kaya dengan warna-warni kemerahan. Hal ini bukan berarti kegiatan yang berlangsung pada siang ataupun pada malam hari menjadi kurang bermanfaat. Memotret di alam bisa menghasilkan gambar yang demikian dramatis pada tengah hari yang terik terutama bila dapat memanfaatkan pantulan cahaya matahari diatas permukaan air yang cenderung menghasilkan warna putih keperakan pada sudut pandang tertentu suasana romantis dari gambar silhouette tidak terlalu sulit untuk dihasilkan.

Khusus pada bagian fisik, pelaku diharapkan dalam kondisi prima yang bertujuan agar pelaku bisa berada di lokasi pemotretan yang berlangsung di alam bebas mutlak membutuhkan stamina tinggi. Pada perjalanan jauh dengan kondisi medan yang mendaki atau menurun dengan berbagai tingkat kesulitan biasanya akan sangat melelahkan. Menghadapi medan sulit di lintasan jalan setapak, memanjat tebing-tebing tinggi dengan batu-batu cadasnya, menelusuri goa yang dalam dengan kegelapannya, menerobos semak-semak belukar ataupun ketika menyebrangi sungai tanpa titian memerlukan perlengkapan dan pengetahuan yang memadai agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan aman.

Pelaksanaan Pemotretan

Pada waktu pelaksanaan pemotretan, perlu antisipasi fenomena alam yang ada yang dapat berpengaruh pada diri sendiri dan kamera, misalnya pada saat gunung meletus, usahakan dan perhitungkan kemungkinan buruk bagi diri sendiri maupun perlengkapan kamera yang dimiliki. Debu halus yang terdiri dari berbagai unsur partikel bahan kimia diantaranya asam silika, belerang, dll selain bisa mengganggu perlengkapan kamera juga tidak baik untuk paru-paru pemotret itu sendiri.

Jangan ragu menggunakan lampu kilat pada pemotretan di siang hari maupun di malam hari. Terutama untuk menghilangkan bayangan ( pada siang hari ), bisa juga untuk menambah penyinaran pada bagian latar depan ( malam hari ), pada pemotretan panorama/pemandangan alam pelaku senantiasa berikhtiar menghadirkan dimensi ketiga dengan cara memasukan bagian-bagian lainnya sebagai latar depan atau bisa juga dengan menangkap pantulan bayangan objek pemotret itu. Usahakanlah menciptakan kreasi baru dan jangan mengekor dari yang pernah dibuat oleh pemotret lain. Masih banyak kemungkinan lebih baik dalam menghasilkan gambar-gambar yang pernah dibuat orang lain. Berpikir dan berusaha menjadi yang pertama dan terbaik. Ciptakan yang lain dari yang biasa sehingga hasilnya tidak hanya sebagai gambar biasa-biasa saja.

Penutup

Beberapa tips terakhir mungkin akan berguna untuk dibiasakan menjelang pada waktu pemotretan petualangan di alam untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan aman.

  1. Sebelum berangkat sebaiknya membuat daftar/cheklist dari segala peralatan maupun perlengkapan fotografi yang akan dibawa. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kemungkinan ada yang terlupa.
  2. Periksa semua peralatan yang akan dibawa apakah segalanya berfungsi dengan baik dan dapat dioperasikan dengan sempurna.
  3. Membawa body kamera lebih dari satu.
  4. Halalkan segala cara untuk bisa mengabadikan semua kegiatan petualangan tanpa ragu-ragu ataupun merasa bersalah, seperti jangan merasa bersalah saat menyaksikan anak burung yang sedang dimakan ular, karena itu merupakan proses bagaimana alam menjadi seimbang.
  5. Hasil pemotretan harus bisa bermanfaat dan disimpan dengan baik.

Daftar Pustaka

  1. Diktat Teknik Hidup Alam Bebas, KMPA Eka Citra Universitas Negeri Jakarta, Jakarta 2004
  2. Diktat Fotografi, Kelompok Mahasiswa Peminat Fotografi ( KMPF ) Universitas Negeri Jakarta, Jakarta 2001
  3. Diktat Caving Gladian Nasional Pecinta Alam, Surabaya 2000

1 komentar:

Artikel yang bagus untuk para pencinta Fotografi....Thanks ini bagus buat referensi saya sebagai seorang fotografer....:))

 

Posting Komentar