JIWA YANG RAPUH


Dinginnya malam dan cahaya redup bulan mengantarkan aku untuk kembali tidur,
Seperti hari-hari yang lalu, hanya keheningan dan doa yang menemaniku,

Ini adalah mimpiku semalam,
Seorang wanita yang hatiku mencintainya datang menghampiriku,
Dengan wajah yang syahdu dan suara yang lembut ia menyapaku,

Aku telah mengenalnya sejak masa-masa kuliah,
Aku telah mengikutinya bersama perjalanan waktu,
Aku melihat sinar wajahnya di halaman buku-buku yang aku baca,
Dan aku mendengar suaranya di dalam bisikan aliran sungai dan kabut pagi,

Surat cinta yang engkau tulis untukku masih tetap kusimpan di dalam kotak berwarna merah bersama sekuntum bunga edelweiss dan batu karang,
Pandangan pertamaku kepadamu bukanlah dalam kebenaran yang pertama,
Waktu dimana hari kita bertemu,
Saat hanya kebisuan yang menemani kita,
Telah menguatkan harapan akan akhir yang bahagia,

Namun engkau telah pergi,
Engkau telah memilih taqdir hidupmu,
Pergi menyusuri lembah kebahagiaan,
Pergi berlayar menuju samudera kehidupan,

Seperti sebuah puncak gunung bagi seorang pendaki,
Akan tampak lebih agung saat terlihat dari kejauhan,
Dan dari kejauhan jarak dan waktu ini,
Aku berdoa semoga engkau bahagia,